Seorang duduk disebelah kanan,dan yang lain duduk disebelah ucapanpun yang diucapkan melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir" (QS Qaaf:17-18). 2. Harus hati-hati dalam berbicara Berusahalah mengontrol lidah hanya untuk mengucapkan perkataan yang bernilai positif dan tidak menyinggung atau menyakiti. - Kultum atau ceramah singkat dilaksanakan oleh katib dan hanya ada pada bulan suci Ramadhan. Tahun ini Ramadhan telah ditetapkan jatuh pada Minggu 3 April 2022. Materi ceramah singkat atau kultum yang dapat disampaikan yaitu bertemakan tentang adab berbeda pendapat dengan orang lain. Adab merupakan sebuah akhlak mulia, norma, aturan tentang sopan santun serta tingkah laku yang dilakukan seseorang berdasarkan aturan yang berlaku. Baca Juga Kultum Ramadhan Singkat Tahun 2022 tentang Seruan Menuju Islam Lalu, bagaimana adab berbeda pendapat tersebut? Inilah penjelasan lengkap yang disertai dengan hadits dan ayat Al-Quran, sebagaimana dilansir dari Laman seruanmasjid. Sesama kaum Muslim dilarang untuk berbeda pendapat dan terpecah belah dalam berbagai firqah kelompok-kelompok. Allah Swt berfirman وَلاَ تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ Janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. TQS. Ali Imran [3] 105 Editor Sigit Wibisono Tags Terkini
1 Niat Niat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridha Allah, dan hendaknya diiringi dengan hati yang ikhlas benar-benar karena Allah. 2. Bersungguh-sungguh Dalam menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan tidak pernah berhenti, seperti kata pepatah arab manjjada wajada (siapa sungguh-sungguh pasti dapat). 3. Terus-menerus
Kultum Ramadhan 2023 kali ini akan membahas tentang adab berbicara dalam ajaran Islam. Perlu diketahui bahwa adab memiliki level yang lebih tinggi dibandingkan ilmu. Orang beradab adalah mereka yang berilmu, tapi orang berilmu belum tentu mereka yang beradab. Oleh karena itu, kita harus mempelajari perihal adab lebih dalam lagi, agar mampu menerapkan adab terutama ketika berbicara di hadapan orang lain. Inilah kultum singkat tentang adab berbicara dalam ajaran Islam, yang bisa menjadi panduan dan pelajaran, sebagai bahan renungan di bulan yang suci ini. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Kalimat pembuka atau muqaddimah, bisa dipilih sesuai keinginan Hadirin yang dimuliakan Allah SWT Baca Juga Contoh Teks Ceramah Singkat Tentang Ghibah, Mudah Dihafal, Sarat Makna dan Menghibur Manusia adalah makhluk sosial yang mana harus berinteraksi satu sama lain, baik itu melalui tindakan maupun komunikasi. Salah satu alat komunikasi yang paling sering digunakan adalah berbicara. ketika berbicara tentunya kita harus memilih kata dan mengatur kalimat yang tepat, agar tidak memicu kesalahpahaman antar lawan bicara. Berbicarasoal guru, maka yang terbesit di benak saya adalah sosok yang sungguh luar biasa. Para ulama telah menjelaskan tentang adab bertanya ini. Teks pidato bahasa sunda tentang guru jumat 02 juli 2021 tambah komentar edit pidato dalam bahasa sunda juga bertujuan untuk menyampaikan suatu gagasan. 11 adab guru menurut imam al ghazali. Kultum Tentang Adab Berbicara – 2 1. TUJUAN INSTRUKSIONAL Setelah menerima materi ini, peserta Memiliki kepekaan mendengar. Untuk memiliki kemampuan berbicara. Pahami bahwa dalam menyimak dan berbicara ada adab dan tata cara yang Islami. Pahami bahwa mendengarkan berarti menghargai ucapan orang lain. Ingatlah bahwa angkat bicara berarti menghargai perasaan orang lain. 3 2. MATERI PRESS RELEASE Mendengarkan dan berbicara adalah sarana komunikasi. Ada saatnya kita perlu berbicara dan ada saatnya kita perlu mendengarkan. Allah SWT. menciptakan manusia dengan dua telinga dan satu mulut agar mereka lebih banyak mendengar daripada berbicara. Bicaralah sedikit, tetapi relevan, berkualitas, dan bermakna, alih-alih berbicara panjang lebar tanpa manfaat yang jelas. Keterampilan menyimak dan berbicara sangat penting untuk efisiensi dan efektifitas musyawarah dan diskusi. Dalam berdakwah, sebelum berbicara, terlebih dahulu kita harus mendengar kebenaran dan permasalahan lapangan. Padahal, mendengarkan tidak harus di telinga, artinya melihat data dan memperhatikan keluhan dan saran orang lain. Terakhir, keterampilan menyimak dan berbicara sangat penting dalam berdakwah dan berinteraksi dengan orang lain. 4 3. KARAKTERISTIK MATERI 1. Karakteristik Nabi tentang menyimak dan berbicara. 2. Cara mendengarkan. 3. Cara berbicara. 4. Keterampilan mendengarkan. 5. Keterampilan berbicara. Mengapa Islam Amat Mengedepankan Sopan Santun? 5 I. ADAB AT-TAHADDUTS 1. Berbicara dengan jelas, mudah dipahami oleh setiap pendengar. Hanya dari Aisyah. Dia berkata Ini adalah kata-kata Rasulullah. selalu jelas artinya dan dimengerti oleh semua orang yang mendengarnya. HR. Abu Dawud dan Ahmad. Hanya dari Aisyah. juga bersabda “Bahwa Rasulullah pernah berkata, jika seseorang menghitung perkataannya harus dihitung.” Dan di akun lain “Dia tidak berbicara saat kamu berbicara.” HR Bukhari-Muslim. 6 2. Berbicaralah dengan ungkapan yang sederhana dan jangan mencari bahasa yang panjang, sehingga kalimat yang diucapkan tidak memiliki arti yang sulit atau tidak dapat dipahami. Khalil bin Ahmad -rahimahullah- pernah ditanya tentang sesuatu, dia tidak langsung menjawab. Jadi si penanya berkata, “Bukankah pertanyaan ini sudah ada jawabannya sebelumnya?” Dia berkata, “Sebenarnya kamu sudah tahu pertanyaan yang kamu ajukan dan jawabannya, tapi saya ingin memberikan jawaban yang lebih mudah kamu pahami.” 3. Diulangi hanya untuk menekankan makna, karena “Pernyataan terbaik pendek dan penuh makna, dan pernyataan terburuk panjang dan membosankan.” Abdullah bin Mas’ud ra., memberikan nasihat kepada kaumnya setiap hari Kamis. Seseorang berkata, “Wahai Abu Abdir Rahman, saya harap Anda menasihati kami setiap hari.” Dia berkata, “Kamu tahu, apa yang membuatku tidak melakukan ini adalah karena aku tidak suka merepotkanmu.” Lalu dia berkata 7 Saya selalu memilih waktu ketika Anda memberi nasihat, seperti yang Nabi saw, saya memilih waktu ketika kita memberi nasihat karena khawatir kita akan bosan. Muttafaq alaih Dari Ammar bin Yasir ra berkata Aku mendengar Rasulullah. bersabda Sesungguhnya panjang suatu shalat dan singkatnya suatu khutbah merupakan bukti kuatnya pemahaman. Jadi buatlah doa yang panjang dan khotbah yang pendek! 8 4. Ucapan harus baik, tidak kotor dan buruk jahat. Rasulullah bersabda Setiap perkataan anak Adam tidak menyenangkan hatinya, percuma, kecuali perintah untuk kebaikan, pencegahan kemungkaran dan dzikrullah. Adab Dan Akhlak Kepada Orang Tua 9 Agar ucapan kita selalu baik dan menambah pahala kita dan tidak menambah dosa kita, kita harus menjaga hal-hal berikut 1. Setiap percakapan kita harus selalu mengandung unsur perintah untuk memberi sedekah atau berbuat. bagus. , atau kedamaian bagi manusia. Allah ta’ala berfirman Tidak ada kebaikan dalam pertemuan mereka yang banyak, kecuali orang-orang yang memerintahkan sedekah, atau kebaikan atau kedamaian bagi orang-orang. Dan barangsiapa melakukan itu untuk menyenangkan Allah, Kami pasti akan memberinya pahala yang besar. QS An Nisa’ 114 2. Meninggalkan percakapan yang bukan kepentingan kita untuk dibicarakan. Rasulullah saw. bersabda “Salah satu kebaikan keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak menarik. 10 3. Hindari pembicaraan yang tidak perlu dan tidak perlu. Allah berfirman Berbahagialah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang selalu rendah hati dalam doanya. Dan orang-orang dari hal-hal yang tidak berguna selalu menjauhkan mereka. Surah Al-Mu’minun 1-3. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba jika berbicara, bukan hanya untuk membuat orang lain tertawa, tetapi bisa jatuh ke dalam neraka dan seterusnya antara langit dan bumi. HR. Baihaqi 4. Sebarkan salam. Rasulullah SAW bersabda Wahai orang-orang yang baik, sebarkan salam, jagalah silaturahmi, tawarkan makanan dan berdoalah di malam hari ketika orang sedang tidur, kalian akan masuk surga dengan selamat. HR Turmudzi 11 5. Hindari bahasa buruk yang tidak membantu. Allah berfirman Jangan berdebat dengan Ahli Kitab kecuali dengan cara yang baik, kecuali dengan orang-orang jahat di antara mereka. Al-Ankabut 46 Hanya dalam hadits Aisyah. kata Rasulullah saw. bersabda “Sesungguhnya orang yang paling buruk di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang ditinggalkan oleh masyarakatnya karena menghindari kata-kata buruknya. HR Bukhari 12 6. Bersabarlah saat berbicara dengan orang jahil. Ini tidak berarti menerima kerendahan hati, tetapi kemampuan untuk mengendalikan diri dalam menghadapi faktor emosional dan menghindari kemarahan, sukarela atau perlu. Allah SWT. bersabda Dan hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang berjalan di bumi dengan rendah hati. Dan ketika orang jahil jahil berbicara dengan mereka, mereka berkata, “Selamat.” Lalu ucapkan kata-kata lembut padanya. Dari Abu Hurairah ra., beliau mengatakan hal itu ketika Rasulullah saw. duduk bersama teman-temannya, seseorang hanya menghina Abu Bakar. dan dia terluka, tapi Abu Bakar tetap diam. Kemudian dia melukainya untuk kedua kalinya dan Abu Bakar tetap diam. Kemudian dia melukainya untuk ketiga kalinya, sehingga Abu Bakar membela diri. Kemudian dia melihat Rasulullah. bangkit dari upacara. Abu Bakar bertanya, “Apakah Anda melihat kesalahan pada saya, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab Seorang malaikat turun dari surga untuk menyangkal orang yang berbicara kepadamu. Tetapi jika Anda membela diri, setan akan datang, jadi saya tidak ingin berdiri di sini saat setan datang. Diriwayatkan oleh Abu Dawud. Pidato Bahasa Arab Tentang Ukhuwah Persaudaraan Islam 13 7. Hindari perdebatan, tentang kebenaran dan kebohongan, karena menimbulkan keinginan untuk menang pada akhirnya, dan lebih memilih untuk meminta maaf daripada mengungkapkan kebenaran. HR Turmudzi. Ibnu Majah dan Ahmad. Rasulullah saw bersabda Aku adalah penguasa rumah di surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan, meskipun dia benar. Dan aku adalah pemimpin sebuah rumah di tengah langit bagi orang-orang yang meninggalkan kepalsuan meskipun mereka mengolok-olok. Dan aku adalah kepala sebuah rumah di atas langit untuk orang-orang yang berperilaku baik. Dawud 14 8. Jauhi TKP. Di sinilah kejahatan dilakukan atau mengucapkan kata-kata yang menghina atau menghina Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman. Allah SWT. bersabda Dan apabila kamu melihat mereka mencemooh ayat-ayat Kami, maka hendaklah mereka berbicara tentang yang lain. Dan jika setan membuatmu lupa larangan ini, maka jangan duduk bersama para pelaku kejahatan setelah kamu mengingat larangannya. Al-An’am 68 Dan Allah swt. dia berkata Celakalah setiap fitnah dan fitnah. Al Humazah 1 Rasulullah. bersabda “Tidaklah pantas bagi seorang mukmin untuk mencaci, menuduh, suka berbicara kata-kata yang jahat, dan suka berbicara kata-kata yang kotor. Rasulullah saw. berkata, “Tidak ada kata buruk untuk apa pun kecuali dia menghancurkannya. Dan tidak ada rasa malu pada apapun, melainkan Dia akan menghiasinya.” HR Turmudzi. 15 II. ADABUL ISTIMA’ 1. Diam dan dengarkan agar kata-kata tidak tercampur aduk dan sulit dipahami. Allah berfirman Dan ketika Al-Qur’an dibaca, maka dengarkan baik-baik dan perhatikan dalam diam, agar kamu mendapat rahmat. Al-A’raf 204 Dari Jabir bin Abdullah saja., Ia mengatakan bahwa Rasulullah saw. berkata kepadanya dalam Haji Wada’ “Perintahkan orang-orang untuk tenang.” Kemudian dia berkata, “Jangan kembali setelah kami menjadi kafir, beberapa dari kalian memenggal kepala yang lain. Muttafaq alaih Dari Anas bin Malik ra., bahwa Rasulullah saw. memberikan wasiat kepada Abu Dzar ra. Damai sejahtera baginya. bersabda, “Sadarlah dan diamlah, karena demi Dia yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak ada hiasan pada semua ciptaan seperti keduanya.” Abid Dunya, Bazzar, Thabrani dan Abu Ya’la Abdullah bin Mas’ud, berkata “Demi Dia yang jiwanya berada di tangan-Nya, tidak ada sesuatu pun di bumi yang dipegang lebih dari lidah.” Sejarah Turmudzi. 2. Jangan memotong perkataan orang lain dengan gegabah dan tidak ingin menguasai forum. Maka keinginan Rasulullah saw untuk segera menghafal Al-Qur’an, Allah larang dalam firman-Nya Dan jangan gerakkan lidahmu dalam membaca Al-Qur’an karena ingin segera menguasainya . Al-Qiyamah 16 16 3. Hadapkan wajahmu ke pembicara dan jangan memalingkan pandanganmu darinya dan jangan membuat orang lain berpaling darinya, selama kamu taat kepada Allah, meskipun ucapanmu tidak menarik atau bahasanya tidak indah atau lancar. Rasulullah saw bersabda Janganlah meremehkan suatu kebaikan, meskipun hanya wajah yang bersinar ketika bertemu dengan saudaramu. Adab Berbicara Dengan Orang Tua, Ini Yang Harus Diperhatikan! 17 4. Jangan menunjukkan sikap yang berbeda karena apa yang dikatakan saudara kita, meskipun kita lebih tahu, selama pembicara tidak bersalah dalam ucapannya. Rasulullah saw. Hanya Ibnu Mas’ud yang bertanya sekali. untuk membacakan Al-Qur’an kepadanya, dia menjawab, “Apakah saya membacakannya untuk Anda ketika dia datang kepada Anda?” Dia menjawab, saya sangat suka mendengar Al-Qur’an dari orang lain. Imam Ahmad bin Hambal pernah mendengarkan nasihat Al-Muhasibi hingga menyikapinya dengan tenang dan akhirnya menangis hingga janggutnya basah. 18 5. Jangan menunjukkan kepada hadirin bahwa anda adalah orang yang lebih alim dari pembicara, karena akan membuat anda terlihat sombong takabbur. Rasulullah saw. Kultum tentang akhlak terpuji, kultum tentang sholat dhuha, adab berbicara wanita muslimah, hadits tentang adab berbicara, kultum singkat tentang puasa, materi kultum tentang syukur, kultum tentang bulan puasa, kultum tentang wanita sholehah, kultum singkat tentang, kultum tentang waktu, adab berbicara, kultum singkat tentang ilmu Ketiga Adab Berbicara Termasuk adab yang kurang baik di hari lebaran adalah ketika sebagian besar dari kita membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat. Biasanya di ajang kumpul-kumpul bersama kerabat atau kawan lama, obrolan kian ngelanturtidak terarah. Pembicaraan ngalor-ngidultidak berfaidah. Di era digital, media sosial sudah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Beragam kemudahan yang tersedia di media sosial menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk terus menggunakannya sebagai sarana komunikasi dan berbagi informasi. Namun, kebebasan dalam bermedia sosial terkadang tidak dibarengi dengan etika yang apik dalam penggunaannya, sehingga lebih banyak menimbulkan mudharat daripada manfaatnya. Untuk itu ada beberapa rambu yang harus dipahami yang mencirikan kita sebagai muslim yang berakhlak. Kebebasan dalam bermedsos ria tak jarang menimbulkan berbagai problematika di tengah masyarakat. Tak jarang informasi yang beredar tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan adanya hoaks, fitnah, ghibah, namimah, gosip, fitnah, pemutarbalikan fakta, ujaran kebencian, permusuhan, kesimpangsiuran, informasi palsu, dan hal terlarang lainnya yang menyebabkan disharmonisasi sosial. Adab pertama yang harus diperhatikan seorang muslim dalam bermedia sosial adalah Muraqabah merasa selalu diawasi Allah. Apapun yang kita sebarluaskan di media sosial, termasuk niat dibalik postingan tersebut harus disadari bahwa Allah Maha Mengetahui. Dengan selalu merasa diawasi Allah kita hanya akan menggunakan media sosial untuk hal-hal yang membawa maslahat. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman اِنْ تُبْدُوْا شَيْـًٔا اَوْ تُخْفُوْهُ فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا Artinya “Jika kamu menampakkan sesuatu atau menyembunyikannya, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” QS. Al-Ahzab 54. Dalam hal ini, Majelis Ulama Indonesia MUI dalam fatwanya Nomor 24 Tahun 2017 menyampaikan tentang hukum dan pedoman bermuamalah melalui media sosial. Fatwa ini mengatur tentang hubungan sosial sesama manusia mulai dari mengirim pesan di media sosial hingga cara memastikan kebenaran informasi yang beredar. Seorang muslim harus senantiasa meningkatkan keimanan, mempererat persaudaraan, mengokohkan kerukunan, dan tidak mengajak kepada hal-hal yang maksiat. Penting bagi seorang Muslim untuk melakukan tabayyun klarifikasi ketika mendapatkan informasi yang belum tentu kebenarannya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Hujurat 6 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ Artinya “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.“ Seorang Muslim dalam menyampaikan informasi harus dengan benar. Islam mengajarkan opini yang jujur dan didasarkan pada bukti dan fakta serta diungkapkan dengan tulus. Tidak menyebarkan informasi yang belum diketahui kebenarannya di media sosial. Istilah ini disebut qaul zur yang berarti perkataan buruk atau kesaksian palsu. Firman Allah SWT pada Al-Hajj 30 ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ حُرُمٰتِ اللّٰهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ عِنْدَ رَبِّهٖۗ وَاُحِلَّتْ لَكُمُ الْاَنْعَامُ اِلَّا مَا يُتْلٰى عَلَيْكُمْ فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْاَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوْا قَوْلَ الزُّوْرِ ۙ Artinya “Demikianlah perintah Allah. Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.” Perintah untuk amar ma’ruf nahi munkar idealnya juga dipedomani seorang Muslim dalam bermedsos. Sudah saatnya media sosial harus dipergunakan untuk mengajak kepada kebaikan, menyalurkan konten positif melalui berbagai platform yang saat ini banyak digemari masyarakat. Sosial media seperti Youtube, Tiktok, Twitter, Facebook, Instagram, dsb merupakan media yang tepat dan mudah untuk menyebarluaskan kebaikan yang bertanggungjawab. Dan kita harus menjadi orang-orang yang masuk dalam golongan amar ma'ruf nahi munkar. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imran 104 وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ Artinya “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” Semoga, di tengah arus globalisasi dan gencarnya informasi yang tiada henti setiap detiknya saat ini, kita semakin bijaksana dan arif dalam bermedsos ria. Akhlak yang mencerminkan pribadi Muslim harus terus dipedomani sehingga berbagai fasilitas dan kemudahan zaman dapat membawa maslahat untuk umat dan bangsa. Wallahu a'lam bis shawab. Nurul Badruttamam, Sekretaris Lembaga Dakwah PBNU jika para sahabat berbicara dengan Rasulullah, mereka merendahkan suara mereka dan mereka tidak memandang tajam sebagai bentuk pengagungan terhadap Rasulullah " (HR. Al Bukhari 2731). Syaikh Musthafa Al 'Adawi mengatakan: "setiap adab di atas terdapat dalil yang menunjukkan bahwa adab-adab tersebut merupakan sikap penghormatan". Bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh berkah. Umat Islam berlomba-lomba berbuat kebaikan pada bulan Ramadan. Salah satunya adalah saling mengingatkan kebaikan kepada sesama hal ini disampaikan melalui kultum yang inspiratif. Salah satu topik yang dapat diangkat adalah tentang adab bercanda yang biasa disepelekan oleh berinteraksi dengan orang lain, ada kalanya seseorang menyelipkan candaan. Sebab, bercanda merupakan cara yang efektif untuk mencairkan suasana dan menjalin keakraban. Akan tetapi, ada beberapa adab yang perlu diterapkan dalam bercanda. Agar mengetahui lebih lanjut, simak contoh kultum singkat tentang adab bercanda berikut ini!1. Contoh kultum singkat tentang adab bercandailustrasi bercanda dengan teman BurtonAssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhSegala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada kita semua terutama nikmat iman dan dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda alam nabi besar nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah. Izinkan saya berbicara sedikit tentang adab bercanda dalam sudah menjadi bagian dari keseharian kita, sebagai pelipur lara, di kala seharian sudah bekerja penuh. Bercanda juga menjadi metode kita untuk mengakrabkan diri kepada saudara kita yang lainnya. Namun, jika kita ingin melakukannya, maka harus memperhatikan beberapa hal yang penting dalam Meluruskan TujuanBiasanya bercanda dilakukan untuk menghilangkan kepenatan, kebosanan dan rasa lesu, serta menyegarkan suasana dengan candaan yang diperbolehkan. Sehingga kita dapat memperoleh gairah baru dalam melakukan hal-hal yang Jangan Melewati BatasSebagian orang sering membuat lelucon yang terlalu jauh hingga melanggar norma-norma. Dia mempunyai maksud buruk dalam bercanda, sehingga bisa menjatuhkan wibawa dan martabatnya di hadapan manusia. Orang-orang akan memandangnya rendah, karena ia telah menjatuhkan martabatnya sendiri dan tidak menjaga wibawanya. Terlalu banyak bercanda akan menjatuhkan wibawa Jangan Bercanda Dengan Orang Yang Tidak Suka BercandaTerkadang ada orang yang bercanda dengan seseorang yang tidak suka bercanda, atau tidak suka dengan candaan orang tersebut. Hal itu akan menimbulkan akibat buruk. Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa kita hendak bercanda. Selain itu, jaga tutur kata dan berpikir kembali jika ingin Jangan Bercanda Dalam Perkara-Perkara Yang SeriusAda beberapa keadaan yang tidak sepatutnya bagi kita untuk bercanda. Misalnya dalam majelis penguasa, majelis ilmu, majelis hakim, ketika memberikan persaksian, dan lain sebagainya. Hindari perkara-perkara yang dilarang Allah swt saat bercanda. Tidak boleh bercanda atau bersenda gurau dalam perkara yang dilarang oleh Allah ceramah tentang adab bercanda ini saya sampaikan. Semoga dapat bermanfaat dan bisa dipetik pelajaran bagi kita semua. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Baca Juga 3 Kultum Singkat tentang Waktu Sebagai Pengingat agar Disiplin 2. Contoh kultum singkat tentang hukum bercanda dalam islamilustrasi kumpul dengan bos Production Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhSegala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada kita semua terutama nikmat iman dan dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda alam nabi besar nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah. Izinkan saya berbicara sedikit tentang hukum bercanda dalam sekalian, hukum dasar bercanda bergurau, senda-gurau, humor, melawak adalah mubah atau boleh Imam An-Nawawi, Al-Adzkar. Bahkan, Nabi Muhammad juga bercanda. Dari Abu Hurairah, bahwa para sahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, sesungguhnya Anda telah mencandai kami.”Rasulullah SAW menjawab, “Sesungguhnya tidaklah aku berbicara kecuali yang benar.” HR. Tirmidzi.Hukum bercanda itu diperbolehkan selama aturan-aturan dalam syariat Islam tetap dipatuhi. Namun, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam bercanda, yaitu materi canda tidak berisi olok-olok atau mempermainkan ajaran Islam, tidak boleh menyakiti perasaan orang lain, tidak mengandung kebohongan, tidak mengandung ghibah menggunjing, tidak cabul, dan tidak melampaui batas, yakni tidak membuat melalaikan kewajiban dan tidak menjerumuskan pada yang hukum dasar bercanda itu sederhana, tetapi Nabi Muhammad mengecam orang yang bercanda berlebihan dengan maksud membuat orang lain tertawa. “Dari Bahz bin Hakim, bahwa bapaknya telah bercerita kepadanya dari kakeknya, ia berkata, aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam bersabda, “Celakalah bagi orang yang berbicara dengan satu pembicaraan agar menjadikan tertawanya kaum, maka ia berdusta, celakalah baginya, celakalah baginya.” HR At-Tirmidzi, hadis hasan.Sekian ceramah tentang hukum bercanda dalam Islam ini saya sampaikan. Semoga dapat bermanfaat dan bisa dipetik pelajaran bagi kita semua. Wassalamualaikum Warahmatullahi Contoh kultum singkat tentang adab bercanda saat salatilustrasi sholat TarazevichAssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhSegala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada kita semua terutama nikmat iman dan dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda alam nabi besar nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah. Izinkan saya berbicara sedikit tentang bercanda ketika ini, mulai marak video yang menjadikan salat sebagai bahan bercanda untuk membuat konten lucu di media sosial. Padahal, salat merupakan tiang agama dan merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim. Apabila tiangnya agama saja sudah dibercandakan, bagaimana dengan ketakwaannya?Hadirin yang saya hormati, salat merupakan cara komunikasi kita dengan Allah SWT. Ketika salat, tidak ada sekat yang membatasi seseorang untuk berbincang dengan Allah SWT. Oleh karena itu, kita dilarang untuk bermain-main dan bercanda ketika salat. Hal ini juga sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam kitab Tuhfatul Muhtaj berikut “Dianjurkan khusyuk dalam seluruh shalatnya baik dengan hati, dengan gambaran tidak terbesit dalam hatinya selain apa yang sedang ia lakukan shalat meskipun urusan akhirat, maupun dengan anggota badan, sekiranya tidak bermain-main dengan anggota badannya.”Selain itu, bahkan jika bercanda dalam shalat hingga bergerak sampai tiga kali, atau berbicara, atau tertawa, maka shalat kita batal. Kita wajib mengulangi shalat jika kita bercanda sampai bergerak tiga kali, atau berbicara, atau tertawa dalam shalat. Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda “Sesungguhnya shalat ini tidak pantas di dalamnya terdapat percakapan manusia. Karena dalam shalat hanya terdapat bacaan tasbih, takbir dan ayat Al-Quran.” Demikianlah ceramah singkat yang bisa saya sampaikan pada hari ini. Semoga kita semua dapat melakukan salat dengan sungguh-sungguh dan khusyuk. Wassalamualaikum Warahmatullahi itulah contoh kultum singkat tentang adab bercanda yang dapat kamu sampaikan kepada orang lain pada bulan Ramadan. Bercanda dan saling berbagi lelucon boleh, tetapi harus diperhatikan konteks dan tujuannya. Oleh Shobihatunnisa Akmalia Baca Juga 5 Manfaat Hebat Kultum Saat Istirahat Kerja, Bikin Kuat Puasa Disarikandari berbagai sumber, berikut beberapa adab berkomunikasi sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. 1. Jangan terlalu berceloteh. Berhati-hatilah dari terlalu banyak berceloteh dan terlalu banyak berbicara. Jadikan ucapan yang disampaikan menjadi perkataan yang ringkas, jelas yang tidak bertele-tele yang dengannya akan
Adab Berbicara Menurut Islam- Bismillah, sudah selayaknya bagi setiap muslim agar menjaga etika dan adab ketika berbicara seperti yang sudah diajarkan oleh Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam melalui haditsnya yang shahih.. Berbicara sesuai tuntunan Rasulullah dapat menyelamatkan kita dari siksa neraka dan memasukkan kita ke dalam surga. Dari Sahl bin Saad radhiyallahu anhu, beliau bersabda, مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ متفق عليه "Barangsiapa yang dapat memberi jaminan atas apa yang ada di antara dua jenggotnya yaitu lisannya dan yang ada di antara kedua kakinya yaitu kemaluannya, maka aku memberikan jaminan surga kepadanya." Muttafaqun alaih Apa saja adab-adab berbicara dalam Islam? Berikut ini adab-adabnya 1. Menjaga Lisan Adab berbicara pertama ialah menjaga lisan. Kita sebagai seorang muslim hendaknya bisa menjaga lisan dengan sebaik-baiknya. Kita wajib menghindari perkataan batil, dusta, adu domba, ghibah menggunjing dan perkataan keji lainnya. Selain itu, dengan perkataan yang buruk akan membuat Allah murka. Dari Abu Hurairah Radhiyallahuanhu, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ "Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak ia pikirkan, lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataan itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya, lalu ia dilemparkan ke dalam Jahannam." HR. Ahmad 8635, Bukhari 6478, dan yang lainnya Lihatlah di sana dijelaskan bahwa jika ada seseorang yang tidak menjaga lisannya maka ia bisa tergelincir ke dalam neraka Jahannam. Jadi pikirkanlah dahulu sebelum berbicara. Jika memang bermanfaat barulah berbicara. Jika tidak, hendaklah ia menahan lisannya. 2. Mengucapkan Perkataan yang Baik atau Diam juga Termasuk Adab Dari Abu Hurairah radiyallahuanhu Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak, maka diamlah." Muttafaqalaih Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, Adakalanya diam itu lebih baik daripada berbicara, sehingga ada perkataan bahwa diam itu emas. Luqman berkata pada anaknya, "Jika berkata dalam kebaikan adalah perak, maka diam dari berkata yang mengandung dosa adalah emas." Perlu kita ketahui bahwa lisan yang suka mencela atau mencemooh bisa mengantarkan pelakunya pada penyesalan yang sangat dalam. Rasulullah pernah menasehati Muadz bin Jabal, "Maukah kuberitahukan kepadamu kunci semua perkara?" 'Mau, wahai Rasulullah.' jawab Muadz. Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda, 'Jagalah ini.' 'Wahai Rasulullah, apakah kami bisa disiksa karena perkataan kami?' tanya Muadz. Beliau pun menjawab, 'Celaka engkau, adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?" HR. Tirmidzi Perkataan yang baik selain sebagai penyelamat kita dari siksa neraka, ternyata juga termasuk amalan sedekah. Beliau bersabda, "Kata-kata yang baik adalah sedekah." HR. Bukhari dan Muslim Ucapan yang baik adalah semua perkataan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, seperti tasbih, tahlil, takbir, tahmid, amar ma'ruf nahi mungkar, membaca al Quran, mengajarkan ilmu dan bersikap ramah kepada orang lain serta ucapan yang dapat menyenangkan hati orang lain. Sedekah tidak harus dengan harta. Allah menghitung perkataan yang baik juga sebagai sedekah. Subhanallah indahnya Islam, karena memberi kesempatan kepada siapapun untuk bersedekah, tidak hanya orang-orang kaya saja. 3. Tidak Mengolok-olok Orang Lain Adab berbicara dalam Islam yang ketiga adalah tidak boleh mengolok-olok orang lain karena kekurangannya. Mencela kekurangan orang lain berarti mencela ciptaan Allah. Orang yang mengolok-olok pun belum tentu lebih baik dari yang diolok-olok. Adakalanya mereka lebih baik dari kita. Walaupun secara fisik mereka mempunyai kekurangan. Karena Allah hanya melihat ketakwaan seseorang, bukan bentuk fisiknya. Hal ini telah disebutkan dalam firman Allah Hujurat 11 "Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan sekumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan sekumpulan yang lain, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik..." Selain itu, mencela dan mengolok-olok temannya juga akan membuat hatinya sedih, tersakiti dan bisa jadi malah marah. Hal itu akan membuat pinti-pinti syaitan terbuka baginya. Mari nasehati saudara kita yang masih senang mencela saudaranya. 4. Menjauhi Ghibah dan Namimah adu domba Apa itu ghibah? Ghibah adalah setiap ucapan yang disampaikan kepada orang lain tentang kekurangan dan kejelekannya sedangkan dia tidak hadir di hadapan kita. Yang jelas, bila ucapan itu sampai kepada orang yang sedang dibicarakan, maka ia tidak menyukainya. Seorang mukmin tidak boleh mencari-cari keburukan atau aib orang lain, kemudian menceritakan aib tersebut kepada orang lain. Hal ini dapat menimbulkan kebencian dan permusuhan antar sesama yang dapat menyenangkan setan. Allah telah berfirman dalam surat al-Hujurat ayat 12. Yakni menyamakan perbuatan ghibah dengan memakan daging saudaranya yang telah mati, tentu hal ini sangatlah menjijikan, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka kecurigaan, karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." Lalu apa itu namimah? Sedangkan namimah atau biasanya disebut dengan adu domba adalah seseorang menyampaikan ucapan orang lain, sebagian mereka terhadap sebagian yang lain dengan tujuan merusak hubungan di antara mereka, seperti memutuskan silaturahmi, saling membenci, bermusuhan dan bahkan sampai kepada peperangan. Maka perbuatan ini termasuk dosa besar. Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam pernah menyebutkan dua dosa penyebab adzab kubur dan beliau sendiri telah menyaksikan serta mendengar secara langsung siksaan itu. Dua dosa tersebut adalah tidak sempurna dalam membersihkan najis air kencing dan melakukan perbuatan ghibah atau namimah. عن أبي بكرة رضي الله عنه قَالَ بَيْنَمَا النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم يَمْشِى بَيْنىِ وَ بَيْنَ رَجُلٍ آخَرَ إِذْ أَتَى عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّ صَاحِبَيْ هَذَيْنِ اْلقَبْرَيْنِ يُعَذَّبَانِ فَائْتِيَانىِ بِجَرِيْدَةٍ قَالَ أَبُو بَكْرَةَ فَاسْتَبَقْتُ أَنَا وَ صَاحِبىِ فَأَتَيْتُهُ بِجَرِيْدَةٍ فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَوَضَعَ فىِ هَذَا اْلقَبْرِ وَاحِدَةً وَ فىِ ذَا اْلقَبْرِ وَاحِدَةً قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهَمَا مَا دَامَتَا رَطْبَتَيْنِ إِنَّهُمَا يُعَذَّبَانِ بِغَيْرِ كَبِيْرٍ اْلغِيْبَةِ وَ اْلبَوْلِ Dari Abu Bakrah radliyallahu anhu berkata, ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berjalan di antaraku dan orang lain tiba-tiba Beliau mendatangi dua buah kuburan. Beliau bersabda, "Sesungguhnya dua penghuni kubur ini sedang diadzab, datangkan sebatang pelepah korma kepadaku". Berkata Abu Bakrah, "Lalu setelah nabi menyuruh kami, aku pun berlomba dengan kawanku untuk mendapatkannya". Maka aku bawakan kepada Beliau sebatang pelepah korma, lalu Beliau membelahnya menjadi dua potong. Kemudian meletakkan sepotong pada kubur ini dan sepotong yang lain pada kubur itu. Beliau bersabda, "Mudah-mudahan diringankan adzab dari keduanya selama kedua potong pelepah itu masih basah. Keduanya diadzab bukan karena sebab perkara besar yaitu ghibah dan air kencing". [HR Ahmad V/ 35-36, 39 dan ath-Thabraniy. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy shahih]. Perlu kita ketahui bahwa Islam datang untuk menyatukan umat, menyatukan hati, berbaik sangka kepada orang lain serta mengucapkan perkataan baik dan benar. Sedangkan ghibah dan namimah adalah senjata iblis untuk mencerai beraikan manusia dengan menimbulkan kebencian di antara mereka. 5. Tidak Berdusta Saya yakin semua orang pasti sudah tahu bahwa berdusta bukanlah perbuatan yang mulia, melainkan sangat tercela dan tidak terpuji. Yang dimaksud dusta di sini adalah menyampaikan kabar yang tidak benar. Selain itu berbohong merupakan perbuatan yang dapat menghantarkan pelakunya ke Neraka. عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا Dari Abdullâh bin Mas'ud Radhiyallahu anhu, ia berkata "Rasûlullâh Shallallahualaihi wa sallam bersabda, 'Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta pembohong." [ Ahmad I/384; al-Bukhâri no. 6094 dan dalam kitab al-Adabul Mufrad no. 386 At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan shahih."] 6. Menghindari Perkataan yang Keji Perkataan yang baik akan menentramkan hati dan berpahala besar. Oleh karenanya, Rasulullah senantiasa menekankan agar kita menjauhi perkataan yang keji, melaknat, perkataan kotor dan lainnya. Rasulullah bersabda, "Bukan seorang mukmin apabila ia suka menghujat, suka melaknat, berkata keji dan buruk." HR. Tirmidzi 7. Sedikit Berbicara Adab yang ketujuh adalah sedikit berbicara dan menghindari banyak bicara, sebab banyak bicara merupakan salah satu sebab terjatuhnya seseorang ke dalam dosa. Rasulullah bersabda, "Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya di antara kalian dariku pada hari kiamat adalah orang-orang yang banyak bicara, orang yang memfasih-fasihkan cara bicaranya dan orang yang sombong." HR. Tirmidzi Dari hadits di atas menunjukan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam tidak menyukai orang yang banyak bicara. Dan para sahabat pun tidak menyukai orang yang banyak bicara. Umar bin Khattab pernah menyampaikan, "Barangsiapa yang banyak bicara, maka ia akan sering melakukan kesalahan." Maka dari itu jagalah lisan kita dengan tidak berlebihan dalam berbicara apalagi kepada lawan jenis yang bukan mahramnya. 8. Tidak Menceritakan Semua yang Didengarkan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ Termasuk kedustaan seseorang apabila dia menceritakan segala apa yang didengarnya. HR. Muslim Biasanya kita mendengar berita adakalanya benar dan terkadang dusta. Jika kita tidak memastikan kebenaran suatu berita yang kita dengar maka kita tidak akan lolos dari dusta. Oleh karena itu kita dilarang tidak menceritakan apapun yang kita dengar sebelum mencari kebenarannya. 9. Meninggalkan Perdebatan Walaupun Kalian Benar Poin kesembilan juga banyak dilakukan oleh masyarakat hari ini, apalagi sekarang ini adalah masa media sosial. Di mana banyak sekali yang terbawa arus dalam perdebatan-perdebatan yang tak ada manfaatnya. Padahal nabi sendiri telah memerintahkan kita agar tidak larut dalam perdebatan, meskipun kita dalam posisi yang benar. Beliau bersabda, ﻋَﻦ ﺃَﺑِﻲ ﺃُﻣَﺎﻣَﺔ ﻗَﺎﻟَﻘَﺎﻝ ﺭَﺳُﻮﻝ اﻟﻠَّﻪ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪ ﻋَﻠَﻴْﻪ ﻭَﺳَﻠَّﻢ ﺃَﻧَﺎ ﺯَﻋِﻴﻢ ﺑِﺒَﻴْﺖ ﻓِﻲ ﺭَﺑَﺾ اﻟْﺠَﻨَّﺔ ﻟِﻤَﻦ ﺗَﺮَﻙ اﻟْﻤِﺮَاء ﻭَﺇِﻥ ﻛَﺎﻥ ﻣُﺤِﻘًّﺎ ﻭَﺑِﺒَﻴْﺖ ﻓِﻲ ﻭَﺳَﻄ اﻟْﺠَﻨَّﺔ ﻟِﻤَﻦ ﺗَﺮَﻙ اﻟْﻜَﺬِﺏ ﻭَﺇِﻥ ﻛَﺎﻥ ﻣَﺎﺯِﺣًﺎ ﻭَﺑِﺒَﻴْﺖ ﻓِﻲ ﺃَﻋْﻠَﻰ اﻟْﺠَﻨَّﺔ ﻟِﻤَﻦ ﺣَﺴَّﻦ ﺧُﻠُﻘَﻪ "Aku menjamin sebuah istana di sekitar surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan walaupun dia dalam keadaan benar. Dan dipertengahan surga bagi seorang yang meninggalkan kedustaan walau dalam bercanda dan di bagian surga tertinggi bagi yang terpuji akhlaknya." HR. Abu Dawud, dalam sunannya, no 4167 10. Menjaga Rahasia Saudaranya juga Termasuk Adab Berbicara Menjaga rahasia termasuk amanah yang wajib untuk dijaga dan disembunyikan. Seseorang yang melepasluaskan rahasia termasuk orang yang mengkhianati amanah. Dan perbuatan tersebut merupakan salah satu dari sifat orang-orang munafik. Tsabit dari Anas pernah bercerita, "Rasulullah pernah menjumpaiku di saat saya sedang bermain dengan dua anak kecil. Kemudian beliau mengucapkan salam kepada kami. Lalu beliau mengutusku untuk suatu keperluan, sehingga aku terlambat menjumpai ibuku. Ketika aku tiba, ibuku bertanya, 'apa yang menghambatmu?' Aku menjawab, 'Tadi Rasulullah mengutusku untuk suatu keperluan.' Ibuku bertanya, 'apakah keperluan beliau tersebut?' Aku menjawab, 'Keperluan beliau tersebut suatu rahasia.' Ibuku mengatakan, 'Janganlah engkau ceritakan rahasia Rasulullah itu kepada siapapun." 11. Menghomati yang Lebih Tua dalam Berbicara Adab selanjutnya adalah menghormati yang lebih tua dengan mendahulukannya dalam berbicara. Mungkin ini juga termasuk adab berbicara terhadap orang tua yang usianya lebih tinggi dibandingkan kita. Dari Rafi' bin Khudaq dan Sahl bin Abi Hatsmah, keduanya mengatakan bahwa Abdullah bin Sahl dan Muhaishah bin Mas'ud mendatangi Khaibar. Keduanya terpisah dalam peperangan, kemudian Abdullah bin Sahl terbunuh. Maka Abdurrahman bin Sahl, Huwaishah dan Muhaisah yang keduanya anak Mas'ud mendatangi nabi. Mereka membicarakan perkara sahabat mereka. Mulailah Abdurrahman berbicara di mana ia yang paling muda pada kaum tersebut. Maka Nabi berkata kepadanya, "Muliakanlah orang tua." Maksudnya hendaklah yang berbicara terlebih dahulu adalah yang lebih tua." Itulah salah satu adab berbicara, terutama kepada orang yang lebih tua. Sangat dilarang untuk mendahului mereka dalam berbicara atau malah membentaknya. 12. Tidak Memotong Pembicaraan Orang Lain Tidak memotong pembicaraan, dimana nabi shalallahu alaihi wassalam pernah berbicara kepada orang-orang lalu tiba tiba datang seorang Ara Badui bertanya kepada beliau shalallahu alaihi wasalam tentang hari kiamat. Namun nabi tetap terus melanjutkan pembicaraannya, kemudia ketika sudah usai, maka nabi bertanya, "Mana tadi yang bertanya tentang hari kiamat? Lalu nabi pun menjawab tentang hari kiamat. 13. Tidak Tergesa-gesa Ketika Berbicara Pembicaraan yang tergesa-gesa menyebabkan isi pembicaraan tidak bisa dipahami dengan baik oleh pendengar. Dalam berbicara, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam tidak pernah tergesa-gesa, sehingga setiap orang yang duduk menyimaknya akan memahami apa yang beliau katakan. Dalam sebuah hadits disebutkan, "Rasulullah tidak berbicara dengan cepat sebagaimana kalian berbicara dengan cepat. Beliau berbicara dengan tanda pemisah yang akan dapat dihafalkan oleh para pendengarnya." HR. Bukhari Bagi teman-teman yang memang sudah bawaan dari lahir berbicara cepat dan terkesan tergesa-gesa mungkin bisa dilatih supaya lebih pelan. Insyaallah sedikit demi sedikit akan bisa. Berdoa dan meminta tolong kepada Allah ta'ala. 14. Merendahkan Suara saat Berbicara Hendaknya kita merendahkan suara kita ketika berbicara dengan orang lain. Sebab, dengan cara seperti itu dapat menyenangkan hati orang yang mendengarnya karena merasa dihargai. Sedangkan, meninggikan suara saat berbicara merupakan sikap meremehkan orang lain, serta dapat menimbulkan kebencian dan pertengkaran. Allah berfirman, "...dan pelankanlah suaramu, karena sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai." QS. Luqman 19 15. Berhati-hati dalam Memuji Adab yang terakhir saat berbicara ialah hendaknya berhati-hati ketika memuji seseorang. Apabila ada teman kita mampu meraih sebuah prestasi, maka kita boleh memujinya. Namun, harus hati-hati dalam memujinya. Karena, bila kita terlalu berlebihan dalam memujinya dikhawatirkan dapat menjadikannya lupa diri atau menjadi sombong. Maka hendaknya kita memujinya sewajarnya saja. Baca juga adab bercanda dalam Islam untuk diajarkan kepada anak Alhamdulillah, akhirnya selesai juga pembahasan adab berbicara dalam Islam berdasarkan hadits dan sunnah nabi yang shahih. Semoga bermanfaat bagi para pendidik dan peserta didik, ajarkan mereka adab-adab Islami supaya anak-anak dapat meniru akhlak para Salafus Shalih. Wallahu'alam [Dirangkum dari kitab Seri Adab Berbicara/Abu Hudzaifah at-thalibi/Media Shalih/1]

KultumSingkat Tentang Kejujuran 5 - Orang Yang Dusta Dikatakan Orang Yang Jujur Pencarian Kultum Singkat Tentang Kejujuran Beserta Dalilnya Kultum Singkat Tentang Kejujuran 1 - Anak dan Kejujuran Kejujuran sangat kental dengan adab berbicara.

Ilustrasi adab berbicara. Foto PixabayDalam agama Islam, segala perbuatan sudah diatur dengan baik dan jelas dalam Alquran maupun hadits, termasuk memerhatikan adab ketika berbicara. Sebab, memiliki adab yang baik merupakan salah satu ciri seorang Muslim beriman yang telah diajarkan oleh Rasulullah buku Pendidikan Adab dan Karakter terbitan Guepedia, adab yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW merupakan hasil dari wahyu dan didikan Allah SWT secara langsung. Di mana itu terjadi di tengah-tengah interaksi beliau dengan manusia dan alam memiliki adab yang baik adalah untuk membentuk dan menghasilkan pribadi-pribadi yang beradab. Baik itu terhadap Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, dan sesama makhluk sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran serta Berbicara dalam IslamIlustrasi adab berbicara. Foto PixabayBerikut ini adalah beberapa adab berbicara yang harus diperhatikan oleh umat Islam. Rangkuman adab-adab ini disadur melalui buku Ringkasan Kitab Adab yang ditulis Fuad bin Abdul Aziz Menjaga lisanPoin penting yang harus diperhatikan oleh seorang Muslim adalah menjaga lisannya dengan penuh perhatian. Ia harus mampu menjauhkan lisannya dari perkataan yang bathil, dusta, ghibah, namimah, perkataan kotor, dan segala yang diharamkan oleh Allah SWT dan SAW telah memberitakan hal itu dengan sabdanya berikut ini“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kalimat yang dia tidak pikirkan dahulu, Dia akan menggelincirkan ke dalam neraka lebih jauh dari apa-apa di antara timur.” HR. Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad2. Berkatalah yang baik atau diamBerkata yang baik atau diam merupakan salah satu adab berbicara yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Karenanya, umat Islam diperintahkan untuk memperhatikan segala ucapannya, seperti berpikir dahulu sebelum apabila bermanfaat bagi orang lain, katakanlah. Tapi jika apa yang akan diucapkan itu tidak bertujuan dan akan merugikan orang lain, lebih baik diam. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda“Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka janganlah dia menyakiti tetangganya. Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka muliakanlah tamunya. Dan siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka berkatalah yang baik atau diamlah.” HR. Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad3. Sedikit berbicara dalam setiap perkataanAda beberapa hadits yang menganjurkan untuk sedikit berbicara kecuali dibutuhkan dan ditanya. Sebab, terlalu banyak berbicara merupakan salah satu penyebab jatuhnya seseorang ke dalam karena itu, Islam menganjurkan umat Muslim untuk sedikit berbicara, apalagi untuk hal-hal yang lebih banyak mudharatnya. Al-Mughirah bin Syu’bah RA meriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda“Sesungguhnya Allah mengharamkan kalian dari durhaka kepada orangtua, mengharamkan bakhil dan rakus, memakruhkan katanya dan katanya isu, banyak bertanya, dan mengamburkan harta.” HR. Al-Bukhari, Muslim, dan Ad-Darimi4. Menjauhkan terhadap perkataan dustaDusta adalah memberitakan sesuatu yang berbeda dengan kenyataan. Tentunya hal ini dilarang oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Sebab, dusta akan membawa seseorang kedalam dosa dan neraka. Seperti yang dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW pada hadits berikut ini“Sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan itu menunjukkan kepada surga, dan sesungguhnya seorang lelaki yang berkata jujur hingga di sisi Allah menjadi orang yang shidiq. Dan sesungguhnya dusta itu membawa seseorang kepada dosa, dan dosa itu membawa kepada neraka. Dan seorang lelaki yang berdusta hingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta.” HR. Al-Bukhari, Muslim, dan AhmadIlustrasi adab berbicara. Foto Pixabay5. Dilarang berkata kotorRasulullah SAW melarang umat Muslim berkata yang tidak baik seperti mengutuk, perkataan kotor, dan ucapan-ucapan bathil lainnya. Seorang Muslim harus senantiasa bebicara dengan tata cara yang baik, lemah lembut, dan penuh dengan Mas’ud meriwayatkan, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Bukanlah seorang Mukmin yang sempurna, yang suka mencaci, mengutuk, berbuat, dan berkata kotor.” HR. Al-Bukhari, Ahmad, dan At-Tirmidzi6. Jangan senang berdebat meski benarKecenderungan orang yang suka berdebat adalah mengomentari setiap perkataan orang lain dari sisi lemah atau salahnya. Komentar tersebut biasanya berupa celaan dan kritikan yang dapat mengundang pertikaian. Seseorang yang senang berdebat akan terjerumus ke dalam dosa dan seorang Muslim sebaiknya menghindari banyak berdebat dengan orang lain walaupun ia benar. Dari Abu Umamah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda“Aku akan menjamin sebuah istana di sekitar surga bai orang yang meninggalkan perdebatan meskipun dia benar. Dan aku menjamin sebuah istana di tengah-tengah surga bagi orang yang tidak berdusta meskipun bercanda. Dan aku menjamin istana di atas surga bagi orang yang berakhlak mulia.” HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah7. Larangan membuat pendengar tertawa dengan sesuatu yang dustaBanyak orang yang dengan sengaja berbohong dan mengada-ada agar pendengarnya tertawa. Jelas ini adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam. Bahkan Rasullah SAW menjelaskan dalam sabdanya bahwa celakalah bagi seseorang yang berbicara untuk membuat sekelompok orang tertawa dengan suatu bin Haidah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Celakalah bagi seseorang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat sekelompok orang tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi Menghormatidan menghargainya. Adab terhadap tetangga yang berikutnya adalah menghormati dan menghargainya. Ketika tetangga kita meletakkan kayu bakar pada dindingnya, maka janganlah kita melarangnya. Itulah contoh bagaimana sikap kita dalam menghormati tetangga kita. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda: RASULULLAH ﷺ adalah sosok yang tidak ada cacat dalam setiap jengkal perilakunya. Beliau adalah teladan bagi umat manusia khusunya bagi umat Islam. Salah satu yang harus diketahui oleh umat Islam adalah adab bicara Nabi ﷺ. Cara Rasulullah ﷺ bertutur kata sangatlah beradab. Kata-kata yang keluar dari mulut Nabi selalu tersusun indah dan mudah dipahami. Setiap perkataan Rasulullah ﷺ mengandung kebenaran. Rasulullah ﷺ ketika menyampaikan sesutu selalu bersifat singkat dan padat. Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Aku diutus dengan Jawami’ al-Kalim ucapan singkat tetapi sarat makna… HR. Bukhari, kitab at-Ta’bir Beliau termasuk banyak diamnya, tidak berbicara tanpa ada manfaatnya. Memulai dan menutup pembicaraan dengan ungkapan yang fasih. Beliau berbicara dengan ungkapan yang singkat tetapi luas maknanya jawami’ al-Kalim. Berbicara dengan perinci, tidak lebih dan tidak kurang. Zadul Ma’ad Ketika menyampaikan sesuatu, Rasulullah kerap mengulangi ucapannya hingga tiga kali. Anas bin Malik ra meriwayatkan dari Rasulullah ﷺ, “Bahwasanya apabila mengucapkan salam, beliau mengucapkannya tiga kali dan apabila berbicara, beliau mengulanginya tiga kali pula.” HR. Bukhari, Kitab Ilmu BACA JUGA 11 Istri Nabi Muhammad SAW, Siapa Sajakah Mereka Ibnu Qayim ra berkata, “Sering kali beliau sengaja mengulang perkataannya dengan tujuan agar bisa dipahami. Apabila memberi salam, beliau mengucapkannya sebanyak tiga.” Zadul Ma’ad, Rasulullah ﷺ adalah sosok manusia yang ketika menyampaikan sesuatu tidak secara berlebih-lebihan. Urwah bin az-Zubair ra meriwayatkan bahwasannya Aisyah berkata “Tidakkah kamu heran dengan Abu Hurairah ra yang datang lalu duduk di samping kamarku menyampaikan suatu hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah ﷺ. Ia bermaksud memperdengarkannya kepadaku, padahal ketika itu aku sedang bertasbih berzikir. Lalu, ia pergi sebelum aku menyelesaikan zikirku.” “Seandainya aku sempat menemuinya, tentu aku akan menolaknya tidak membenarkannya. Karena Rasulullah ﷺ tidak pernah menyampaikan hadits secara berturut-turut sebagaimana yang kalian sampaikan maksudnya menyampaikan hadits sekian banyak dalam satu waktu”. HR. Bukhari, kita al-Manaqib Kiai Haji Abdullah Gymnastiar atau yang akrab disapa Aa Gym menyampaikan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam senantiasa mengedepankan etika ketika sedang berbicara. Berikut lima adab bicara Nabi ﷺ seperti dikutip dari kanal YouTube Daily Vlog Aa Gym 1 Hindari Bahasa Rumit Ilustrasi Unsplash Adab bicara Nabi ﷺ pertama yaitu menghindari bahasa yang rumit. Terkadang seseorang memilih menggunakan bahasa kiasan atau mungkin bahasa yang mengesankan bahwa ia adalah sosok yang berilmu. Selain dapat menimbulkan ujub atau kesombongan dalam hati, hal itu sangat bertentangan dengan etika berbicara yang ditunjukkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam. Justru umat muslim dianjurkan untuk menghindari kata-kata yang rumit dan sulit, sehingga lawan bicara menjadi lebih mudah untuk mencerna dan menerima informasi yang disampaikan. 2 Bicara Secukupnya Adab bicara Nabi ﷺ kedua yakni bicara secukupnya. Seperti kita tahu, saat sedang berbicara, terkadang kita mungkin menjadi melebar ke mana-mana. Apalagi jika topik pembicaraan tersebut dirasa menyenangkan dan lawan bicara juga memberikan respons serupa. “Namun etika berbicara bagi seorang Muslim yang ditunjukkan Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam justru sebaiknya menyedikitkan bicara atau bicaralah secukupnya. Hal ini karena ketika seseorang terlalu banyak dan keasyikan bicara malah bisa menjadi bumerang bagi dirinya apabila kalimat yang terucap malah mengesankan hal yang negatif seperti ghibah atau malah membuka aib diri sendiri,” jelas Aa Gym. 3 Menjaga Postur Tubuh Cara menentukan arah kiblat. Foto Unsplash Adab bicara Nabi ﷺ ketiga adalah menjaga postur tubuh. Artinya, saat berbicara, postur atau gestur tubuh dapat memberikan pesan tersendiri bagi lawan bicara. Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam mengajarkan umatnya untuk menghindari posisi kaki yang diangkat, lalu tangan yang mengesankan sombong karena berkacak pinggang atau memasukkannya kedalam saku. Hal itu merupakan sebuah bentuk penghormatan kepada lawan bicara. 4 Fokus pada Lawan Bicara Adab bicara Nabi ﷺ keempat yakni fokus dengan apa yang disampaikan oleh lawan bicara, tak peduli siapa yang sedang diajak bicara. Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam selalu fokus ketika berbicara sehingga siapa saja yang sehabis berbincang dengan beliau selalu merasa puas. BACA JUGA 6 Hadist Nabi tentang Akhlak Mulia “Sudah menjadi sifat alamiah manusia bahwa manusia ingin selalu didengarkan. Namun sebelum didengar, sudahkah diri sendiri menjadi pendengar yang baik? Maka yang perlu dilakukan adalah fokus terhadap lawan bicara dan terlebih isi pembicaraan,” ungkap Aa Gym. 5 Jangan Pakai Bahasa Terlalu Khusus Ilustrasi Unsplash Adab bicara Nabi ﷺ kelima adalah jangan berbicara terlalu khusus. Hal ini mungkin banyak terjadi ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat terutama kaum muda-mudi. Perwujudan dari bicara terlalu khusus ini adalah seperti memaksakan penggunaan suatu bahasa daerah atau bahasa pergaulan tertentu. “Semisal seorang dari Suku Sunda sedang berbicara dengan teman yang berasal dari Jakarta. Janganlah memaksakan untuk berbicara lo gue’ atau malah menggunakan bahasa Sunda. Hal itu selain tentu akan menyulitkan proses berkomunikasi, juga bisa saja menimbulkan kesan eksklusivitas diri, terlebih apabila saat berbicara dalam grup,” pungkas Aa Gym. Semoga kita bisa menerapkan beberapa adab bicara Nabi ﷺ di atas ke dalam kehidupan kita. [] ImamNawawi secara lengkap menguraikan adab-adab dalam membaca AL-Quran yang tertulis dalam kitabnya yang berjudul Al-Tibyan. Apa sajakah Adab-adab membaca Al-Quran? 1. Ikhlas dalam membaca dan menghadirkan hati sebagai munajat kepada Allah Swt 2. Membersihkan mulut dengan bersiwak atau yang sejenisnya. 3. Membaca dalam keadaan suci. 4. Berikut adalah Kultum singkat tentang akhlak yang disampaikan di Masjid Universitas Darussalam Gontor “Berislam tingkat akhlak atau ihsan? Berislam tingkat akhlak atau ihsan adalah tingkatan islam yg paling tinggi di antara berislam tingkat syariah dan berislam tingkat aqidah”, tegas Dr. Hamid Fahmy Zarkasy. الإ حسان هو أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك “Ihsan yaitu kamu beribadah kepada Allah seakan kamu melihatnya dan apabila kamu tidak melihatnya sesungguh nya Allah melihatmu” “Tetapi berislam tingkat ini terkadang masih banyak disalahkan oleh orang yang berislam dengan jalan tarikat, bertarikat itu berdzikir sebanyak-banyaknya kepada Allah dan beribadah sebanyak-banyaknya kepada Allah. Hingga suatu saat ia tidak melakukannya lagi karna iya merasa sudah menyatu dengan Allah, ini adalah salah satu pemahaman sesaat apabila tidak dibimbing karena iya merasa sudah memperoleh kemampuan seperti karomah”, jelasnya. Didalam al-qur’an ada sekitar 186 ayat yang menyebut kata ihsan dan ternyata ihsan ini perbuatan yang tidak dapat dilihat. Jadi perbuatan yang kita perbuat apakah ini di maqom ihsan atau tidak kita tidak tahu karena itu ada di dalam hati kita, malaikat pun tidak tahu bagaimana suasana hati seorang mu’min, yang tau hanya Allah karena Allah yang membolak-balikan hati seseorang. Apakah dia beriman atau tidak, apakah dia bermaksiat atau tidak, apakah dia ikhlas atau tidak, di dalam surat an-nisa ayat 23 وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانً Berbuat baik kepada orang tua atau berbuat jahat padanya tidak ada yang tau hanya Allah yang tau, oleh karna itu ihsan kepada orang tau harus di lengkapi dengan البر yaitu perbuatan baik seperti selesai melakukan ibadah haji, hajinya haji mabrur haji yang mendapatkan kebaikan-kebaikan Didalam al-qur’an tercatat bahwa ihsan ada sekitar 22 macam perbuatan diantaranya adalah berihsan kepada orang tua, berihsan kepada tetangga, berihsan kepada orang yatim, berihsan kepada teman dan masih banyak lagi jadi mencakup dengan seluruh aspek kehidupan. Tetapi ada orang yang berbuat ihsan kepada setiap orang tetapi dia tidak baik kepada diri sendiri itu di sebut orang yumanis atau orang islam yang so yumanis dia tidak sholat dan tidak berbuat maksiat dia selalu berbuat baik kepada setiap orang tidak pernah berbuat jahat itu sama saja dzholim kepada diri sendiri dan baik kepada orang lain, itu bagi Allah tidak ada gunanya seperti kalian membayar zakat tetapi tidak sholat itu zakat kalian tidak ada apa-apanya maka ihsan bukan berarti sekedar perbuatan baik. Tingkatan perbuatan baik ada tingkatannya Berbuat baik kepada diri sendiriBerbuat baik kepada orang lainBerbuat baik kepada Allah Perbuatan baik kepada diri sendiri penting kepada Allah juga penting tapi yang paling baik perbuatan baik kepada orang lain karena buktinya kalian cinta kepada Allah adalah berbuat baik kepada orang lain maka perkataan seorang sufi Hasan Al-basri berkata aku lebih suka memenuhi hajat sodaraku dari pada I’tikaf setahun lamanya berarti membantu orang lain pahalanya lebih tinggi dari pada I’tikaf, itu hanya satu contoh belum lagi berkata baik kepada sodaranya berbaik sangka kepada sodaranya Maka disini Al-Ustadz Dr Hamid Fahmy Zarkasy ingin mengkholasohnya Tingkat ibadah kepada Allah ada 3, Ali bin Abi Tholib berkata tingkat ibadah yang pertama adalah tingkat ibadah nya orang-orang pedagang karna pedagang ini kalo tidak untung rugi maka iya masih mengitung untung rugi nya, dia hitung pahala-pahala yang besar saja orang-orang seperti ini di sebut al-ibad atau hamba. Kedua adalah ibadahnya seorang ahli ibadah dia menghamba kepada Allah sebagaimana seorang budak pasrah kepada pemilik nya seorang budak yang tidak bisa berbuat apa-apa kecuali yang diperintah tuannya, apa yang di cari oleh orang” ini yaitu dia mencari ridhonya allah, apa yang Allah ridhoi iya kerjakan dan apa yang di larang iya tinggalkan, jangan kan yang di larang yang syubhat aja dia tinggalkan. Ketiga ibadatul arifin yang dia inginkan adalah ma’rifatullah mengenal Allah. mengenal Allah itu engkau memahami apa yang menjadi irodatullah dan Allah memahami yang menjadi ridho Allah. Mengenal Allah adalah tingkatan yang tertinggi orang yang seperti ini dia sudah tidak perlu berdoa karna Allah sudah tau apa yang ada di dalam hatinya dan orang yang seperti ini dia tidak berani meminta kepada Allah karna iya merasa bahwa dirinya hina apalah hak saya meminta sesuatu orang yang fakir ini, keikhlasan orang-orang seperti ini tidak perlu di tanyakan. Al-Muhibbin hidup itu adalah untuk mencintai Allah seperti hadist ini أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْت Dia tidak sholat tahajud, tidak puasa senin kamis tapi ketika ditanya oleh Rassululloh SAW. “Apa yang kamu miliki?”, dia hanya menjawab, “Saya mencintai Allah dan RasulNya”. Berarti kalau tingkat kamu cinta kepada Allah dan RasulNya sholat sedikit banyak amal nya tetapi semua karna Allah ta’ala, hati-hati sholat nya banyak puasanya banyak tapi amal di luar itu tidak ihsan tingkatannya itu seperti saja anda masih berfikir seperti ibadah seorang pedagang. Jadi mari kita awali membiasakan diri beribadah kepada Allah dengan ibadah yang tingkat setinggi-tingginya agar kita meningkat kan keimanan kita setiap hari. Yang dicari bukan pahala meskipun kita yakin akan diberikan pahala oleh Allah, akan tetapi yang kita cari adalah taqorrub kepada Allah. اللهم إني أسألك حبك وحب من يحبك، وحب كل عمل يقربني إلى حبك Apabila kita dicintai oleh Allah hidup di dunia maka anda tidak perlu khawatir maka dari itu kita harus mencitai Allah. Ini adalah tingakatan-tingkatan bagaimana kita berislam, maka islam adalah amal di dalam qur’an di sebut الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ Jadi berihsan seperti ini, kalau dia berkata dia tidak berkata yang buruk, kalo dia berbuat dia tidak pernah berbuat yang dilarang, kalo dia melakukan sesuatu dia berniat untuk mencari ridho tuhan, dan cintanya cinta kepada Allah SWT. Kultum singkat tentang Akhlak ini disampaikan oleh Dr Hamid Fahmy Zarkasyi, Wakil Rektor I Universitas Darussalam Gontor ِArtikel Terkait Kultum Semoga Kultum Singkat tentang Akhlak ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiiin. .
  • ki2cp5c0qm.pages.dev/398
  • ki2cp5c0qm.pages.dev/123
  • ki2cp5c0qm.pages.dev/144
  • ki2cp5c0qm.pages.dev/357
  • ki2cp5c0qm.pages.dev/187
  • ki2cp5c0qm.pages.dev/469
  • ki2cp5c0qm.pages.dev/477
  • ki2cp5c0qm.pages.dev/318
  • kultum tentang adab berbicara