Pulau Asutubun, Saumlaki Foto Fanny Kusumawardhani/kumparanKamu semua pasti pernah mendengar kisah soal legenda Ratu Pantai Selatan yang ada di Yogyakarta. Nyi Roro Kidul dikenal sebagai dewi atau ratu yang termahsyur di kalangan masyarakat Jawa dan Bali. Jika Yogyakarta punya Nyi Roro Kidul, maka Pulau Asutubun di Maluku Tenggara Barat punya Inkelu. Inkelu sejatinya merupakan sosok perempuan yang jadi penunggu sekaligus pelindung Pulau Asutubun. Keberadaan Inkelu sudah diketahui sejak zaman dahulu. Semasa hidupnya, Inkelu dikenal sebagai perempuan cantik yang memiliki kesaktian dan ilmu tinggi. Saking hebatnya, Inkelu bahkan dikisahkan mampu berjalan di atas air. Tak ada satupun yang mampu mengalahkan kesaktian Inkelu. Banyak orang coba menyerang dan menjatuhkan Inkelu untuk merebut Pulau Asutubun yang jadi kediamannya, namun tak ada yang berhasil. Hingga suatu ketika, semua suku dari berbagai wilayah Tanimbar bersatu untuk melawan Inkelu. Usaha menghimpun kekuatan ini akhirnya berhasil mengalahkannya dan Inkelu pun meninggal. "Dulu kan perang-perang ini antar kampung. Namun satupun tak mempan karena perempuan ini," jelas Royg Batsire Fanumbi, penduduk asli Olilit. "Nah kalau mau bukti, lihat orang-orang yang dibunuhnya itu di belakang situ ada tengkorak semua sudah jadi batu di goa," sambungnya saat itu, Inkelu menjelma jadi penunggu dan pelindung abadi yang menetap di Pulau Asutubun. Pulau Asutubun, Saumlaki Foto Fanny Kusumawardhani/kumparanDitutur Royg, kejadian ini terjadi jauh di masa lampau. "Kita saya ada keturunan beliau. Datuk nenek saya itu," jelas pria berusia 50 tahun ini. Meski melindungi wilayah ini, uniknya, Inkelu bukanlah warga asli Tanimbar. Ia justru berasal dari Madura. Saat memasuki era perang Majapahit, keraton Madura menolak terlibat dan kabur ke Maluku. Inkelu pun menikah dengan warga Olilit dan menyandang marga warga asli Olilit keturunan Fanumbi yang bebas memasuki Pulau Asutubun sesuka hati. Bahkan bisa dikatakan, marga Fanumbi merupakan pemilik Pulau Asutubun. Pulau Asutubun, Saumlaki Foto Fanny Kusumawardhani/kumparanSetiap orang asing yang berkunjung ke Pulau Asutubun harus meminta izin terlebih dahulu kepada Inkelu. Caranya, pendatang tersebut harus mengajak satu orang bermarga Fanumbi untuk meminta izin dan menemani perjalanan ke pulau ini. Karena hal inilah, kumparan mengajak Royg, yang merupakan keturunan langsung Inkelu, untuk menemani kunjungan ini. Di Pulau Asutubun ini sejatinya terdapat sangat banyak pantai cantik yang tersebar di seluruh pelosok. Antara lain Pantai Sambunyi, Pantai Satu, Pantai Dua, Pantai Tiga, dan masih banyak lagi. Pria paruh baya inipun menjelaskan bahwa pantai yang disebutkan di atas memiliki nama asli. "Nama itu disebut-sebut orang saja itu. Ada nama aslinya, Pantai Laranskuail satu, Pantai Laranyatak dua, Pantai Laranmelawasbintabun tiga, lalu Pantai Bointubun Sambunyi," bebernya lengkap."Di sini kalau teriak-teriak sembarang bisa hilang," peringat Royg. "Tidak boleh maki-maki, teriak kasar, juga mesum," kata dia. Royg juga menceritakan beberapa kasus orang hilang yang pernah terjadi di Pulau Asutubun. "Dulu ada orang Buton datang, mengaku-ngaku bisa juga petuhanan dan bicara dengan datuk saya Inkelu itu, tapi ternyata tidak bisa. Dia hilang, polisi sudah cari bagaimanapun tidak ketemu," kisahnya. Pulau Asutubun, Saumlaki Foto Fanny Kusumawardhani/kumparan"Lalu orang sana cari orang pintar di Jawa, yang bisa lihat makhluk halus. Lalu mereka suruh cari orang yang namanya Ubikaman. Almarhum bapak saya, lalu mereka cari datang ke sini, tapi orang bilang sudah meninggal, dan sekarang hanya ada saya," tuturnya. "Lalu saya bilang, kalau saya datang sembahyang dan teriak di Pulau, baru bisa dapat ketemu mereka. Saya bisa buktikan," ujar Royg pelan. Inkelu sendiri bersemayam di salah satu pantai yang ada di Pulau Asutubun, yaitu Sife. Pantai ini memiliki pasir yang berbeda dari tempat lainnya halus bak tepung terigu. Banyak orang mengatakan, bahwa setiap kali mereka datang ke pantai ini, terdengar suara ayam berkokok. Padahal, sama sekali tak ada seekor pun ayam hidup yang berkeliaran di sana. Konon, suara tersebut merupakan ayam milik Inkelu yang telah berubah menjadi batu. "Sife itu artinya ayam. Ayamnya benar jadi batu, kalau pergi bisa lihat di situ," jelas Royg sembari menunjuk ke arah pulau. Cara memanggil atau membujuk Inkelu untuk memulangkan orang yang ditawannya adalah mempersiapkan sederet sesajen khusus. "Saya datang siapkan sopi, sirih, pinang, ada kapur, baru manggil. Ada kain tenun juga," urainya. "Siang boleh, malam boleh, yang penting saya yang panggil," kaya Royg. "Dulu pernah ada orang yang hilang sudah satu bulan, saya panggil, lalu ketemu muncul begitu saja di pantai. Dia tidak bisa ngomong sama sekali bisu karena sudah lama hidup di tempat arwah, lalu saya sembahyang lagi, beri air minum, setelah itu baru mereka bisa ngomong seperti kita kembali," memperoleh kembali kemampuan bicaranya, orang tersebut membeberkan pengelaman mengerikan yang dialaminya selama ditawan Inkelu. Katanya, Pulau Astubun sejatinya merupakan kota yang sangat besar di dunia arwah. Pengibaran Merah Putih di Pulau Asutubun Foto Stephanie Elia/kumparanRoyg, yang bisa dikatakan sebagai juru kunci Pulau Asutubun pun menceritakan pengalamannya saat 'berjumpa' dengan Inkelu. "Pernah saya mancing, daerah ini kan tempat mancing. Saya pernah lihat beliau keluar dari air, pakaiannya kain sampai di dada kemben, dia berdiri di atas air. Cantik," ujar Royg membeberkan pengalamannya. Royg juga memperingatkan orang asing untuk selalu berhati-hati dan menjaga sikap saat mengunjungi Pulau ini. Jika datang seorang diri, Inkelu dikatakan bisa menyamar jadi pasangan atau orang terdekat yang kamu miliki. Lengkap dengan wujud, logat, dan bahasa tubuhnya .Jika sudah begini, kamu akan tertipu dan terjebak mengikuti Inkelu masuk ke dunianya. Jadi, perhatikan sikap saat bertandang ke pulau ini, ya!
Kesenianyang mengangkat dari cerita panji yang mengisahkan percintaan endang roro tompe dengan ketek ogleng. b. Dari luar Jawa 1) Tari katreji dari maluku Tarian pergaulan masyarakat maluku yang digunakan untuk upacara pelantikan raja / kepala desa dan ramah tamah masyarakat dengan tamu kehormatan yang hadir di desa.
PATUNG BATU DUDUK Cerita rakyat dari Tanah āKEIā Maluku Tenggara Emi ā kiriman dari PBSIDaerah -UNPATTI, Maluku Disebelah kampung yang terletak dipesisir timur pulau Dula, Kecamatan Dula utara, kabupaten Maluku tenggara. Kampung ini jaraknya 8 km dari kota Tual, ibu kota kabupaten Maluku Tenggara, alias Bumi Larwul Ngabal. penduduk kampung ini hidup dari bercocok tanam dan mencari ikan, sebab letaknya dipinggiran pantai. Hutannya juga sangat luas, dan menghasilkan banyak sayur-sayur seperti ganemo, rebong dan paku-paku. Juga menghasilkan buah-buah seperti kenari, kemiri, mangga dll. Waktu itu ada tiga orang perempuan yang bersahabat. nama-nama mereka adalah Nen ked, Nen Ted dan Nen Med. kemana saja mereka pergi selalu hari mereka bertiga sepakat untuk pergi ke hutan, mencari sayur dan kenari. pagi-pagi sekali mereka bertiga berangkat dengan membawa Saloy dan bekal. sampai di hutan mereka bertiga mulai mencari sayur rebun dan buah kenari. Buah kenari itu biasanya dimakan oleh burung Pombu dan marsegu. Saat itu sedang musim hujan dan musim barat. Karena mereka bertiga sudah bersepakat, maka biarpun hujan mereka pergi saja. Sementara mereka mencari-cari rebun dan kenari ke sana ke mari, hujanpun turun dan sangat lebatnya. merekapun lari ke sana ke mari mencari tempat perlindungan, kahirnya mereka menemukan buah kecil di bawah sebuah batu yang sangat besar. mereka bertigapun masuk dan berlindung di bawah batu tersebut. Hujan makin hari makin bertambah lebat disertai angin yang kencang. Mereka bertiga ketakutan sebab hari bertamabah sore dan hujan angin belum redah. Nen Ted mengatakan āBeta pung saloy balong pono!ā. Nen Med juga mengatakan ābeta juga !ā. Nen Ked mengatakan āPono ka seng kah? su sore jadi katong musti pulang, kalau seng, orang di rumah akan cari kita nantiā tiba-tiba mereka mencium bau yang tidak enak. Nen Med mengatakan āhumm bau apa ni? seperto bau konto!ā Nen Ted mengiyakan apa yang dikatakan oleh temannya itu. tapi Nen ked diam-diam saja, tidak menanggapi perkatan Nen Med dan Nen Ted. kemudian Nen Ted mengatakan ā Lebih baik orang yang kentut ini mengaku saja kalau tidak beta akan sumpah orang ituā namun tidak ada yang mengaku juga. akhirnya Nen ted mulai angkat sumpah āSiapa diantara kita yang tidak mengaku lebih baik tanah ewang ini makan dia supaya dia jangan pulang dikampung lagiāselesai angkat sumpah, hujanpun berhenti dan Nen Med mengatakan āmari kita bersiap-siap untuk pulangā. Mereka mulai mengangkat saloy dan berdiri. Nen Ted dan Nen Med sudah berdiri dan melangkah keluar dari goa, sedangkan Nen Ked belum bisa berdiri juga. Melihat Nen Ked tidak bisa berdiri, Nen Med dan Nen Ted dudah curiga bahwa Nen Kedlah yang kentut tadi, mereka berduapun lari menyampaikan musibah ini kepada saudara-saudara mereka. Kemudian semua laki-laki dari kampung dikerakan untuk membantu Nen Ked dengan membawa linggis dan pacul. Mereka semua sepakat untuk mencungkil Nen Ked dan membawanya pulang. Namun sia-sia saja maksud mereka Nen Ked tidak dapat diangkat untuk pulang. Ia tetap saja seperti itu. lama-kelamaan ia berubah menjadi sebuah batu yang berbentuk manusia sedang duduk. dan masyarakat menyebutnya dengan istilah āBATU DUDUKāini adalah cerita rakyat dari Maluku tenggara, yang memiliki makna bahwa kita sebagai manusia jika berbuat salah harus berani mengaku kesalahannya kepada orang lainā¦. semoga kita bisa memaknai cerita ini dalam hari-hari juang kita ke depanā¦.. sumber Wadah Organisasi Mahasiswa Se-Profesi se-Indonesia, berdiri sejak 1993 di Univ Hasanuddin. Dengan misi menambah komunikasi antar mahasiswa, dosen serta alumni sastra daerah se-Indonesia dan melestarikan budaya lokal dgn mengaplikasikan kegiatan positif. dan lain sebagainya. semoga media ini menjadi bahan buat komunikasi antar pelestari budaya dikalangan universitas. Lihat lebih banyak pos Navigasi pos
Langgur InfoPublik - Maskapai Lion Air resmi melaksanakan penerbangan perdananya di Kabupaten Maluku Tenggara,Rabu (15/6/2022). Bupati Maluku Tenggara, Muhamad Thaher Hanubun, dalam sambutannya sehubungan dengan penerbangan perdana Lion Air di Bandara Karel Sadsuitubun Ibra Kota Langgur Maluku Tenggara mengatakan, Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) sangat kaya dengan potensi sumber daya alam.
AntropologKepulauan Maluku, Mus J Huliselan, berpendapat, masyarakat Maluku sudah mengenal konservasi lewat budaya sasi. Sasi bertujuan untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem. Lewat sasi, ketersediaan sumber daya alam terjaga dengan baik. "Di banyak tempat, nilai itu sudah mulai luntur. Terlebih kalau daerah itu menjadi incaran
TariPendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang
A Letak Kerajaan. Secara geografis Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat penting dalam dunia perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di daerah Kepulauan Maluku. Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island".
. ki2cp5c0qm.pages.dev/85ki2cp5c0qm.pages.dev/359ki2cp5c0qm.pages.dev/433ki2cp5c0qm.pages.dev/251ki2cp5c0qm.pages.dev/73ki2cp5c0qm.pages.dev/117ki2cp5c0qm.pages.dev/182ki2cp5c0qm.pages.dev/489
cerita rakyat dari maluku tenggara